12 Mei, 2008

efek bayangan air

  1. Buat lembar kerja dengan ukuran 500x500

  2. Gunakan Horizontal Type Tools (T), dan buat teks yang anda inginkan.

  1. Duplikat layer text tadi, Layer > Duplicate Layer. Dan anda akan memiliki 2 layer bernama “text” dan “text copy”.

  1. Kemudian pilih layer “text” sebagai bayangan. Klik layer “text” kemudian kita Rasterize layer ini dengan cara pilih menu Layer > Rasterize > Type. Selanjutnya putar layer ini 1800 dengan cara pilih menu Edit > Transform > Flip Vertical. Lalu geser layer “text” sampai kaki text bertemu.

  1. Berikan efek gradasi dengan cara pilih menu Layer > Layer Style > Gradient Overlay. Pada Blend Mode pilih Normal, Opacity: 100, Style: Linear dan Scale: 100. Pilih warna gradisi hitam menuju putih. Kemudia pilih Angle: -90. Dan hasilnya seperti gambar dibawah.

  1. Kemudain berikan sentuhan akhir berupa efek-efek genangan air. Dengan cara pilih menu Filter > Distort > Ripple. Set Amount: 150 dan Size: Medium. Dan hasil akhirnya seperti pada gambar dibawah ini.

05 Mei, 2008

Le Corbusier

Nama lengkapnya Charles-Edouard Jeanneret, lahir 6 oktober 1887 di La Chaux-de-Fonds, sebuah kota kecil Neuchâtel canton di bagian timur laut Swiss, tepatnya di pegunungan Jura, yang hanya 5km dari perbatasan Perancis dan meninggal pada 27 agustus 1965 di Roquebrune Cap Martin, Prancis.

Adalah seorang ahli dalam teori-teori desain modern dan beliau sangat berdedikasi dalam menghasilkan kehidupan yang lebih baik pada kota dan tempat tinggal yang cukup padat. Karirnya berjalan selama lima dekade dengan begitu banyak bangunan yang telah dibangun tersebar di sepanjang Eropa, India, Rusia, dan dua di Amerika. Beliau juga seorang perancang kawasan, pelukis, pematung, penulis, dan perancang modern furniture. Le Corbusier tertarik pada visual art dan menempuh pendidikannya di La-Chaux-de-Fonds Art School. Guru Arsitekturnya pada masa itu adalah arsitek René Chapallaz, yang kemudian menjadi pengaruh terbesar pada desain beliau pada awal karir beliau. Pada awal karirnya sebagai arsitek, Le Corbusier lebih banyak mendesain villa-villa, seperti: Villa Fallet, Villa Schwob, dan Villa Jeanneret-villa ini didekasikan untuk orang tuanya- di La Chaux-de-Fonds. Villa-villa ini merupakan suatu karya arsitektur vernacular yang popular di negara-negara sepanjang pegunungan Alpen. Pada awal tahun-tahun karirnya, ia kemudian memutuskan untuk mencari pengalaman di tempat lain agar lepas dari hal-hal yang mengikat kreativitasnya di kota kelahirannya. Ia memutuskan untuk melakukan perjalanan berkeliling Eropa. Pada tahun 1907 beliau sampai di Paris, di mana kemudian Beliau bekerja pada Auguste Perret, seorang ahli beton dari Perancis. Antara Oktober 1910 dan Maret 1911, beliau bekerja pada Peter Behrens di dekat kota Berlin, di mana kemudian beliau bertemu dengan Ludwig Mies van der Rohe dan Walter Gropius. Setelah itu. Beliau menjadi salah satu arsitek yang cukup berpengaruh di Jerman, di mana pengalaman beliau pada masa itu membawa pengaruh yang cukup besar pada hasil karya beliau selanjutnya.

Pada akhir tahun 1911, beliau melakukan perjalanan ke semenanjung Balkan untuk mengunjungi Yunani dan Turki sambil menggambar banyak sketsa bangunan di sana termasuk Kuil Parthenon, yang kemudian dimasukkan oleh beliau dalam Vers une architecture (1923). Vers une architecture, yang dapat diartikan sebagai “Towards a New Architecture” marupakan kumpulan esai Le Corbusier. Esai-esai tersebut biasa terbit dalam jurnal berbahasa Perancis L'Esprit Nouveau, di mana pada jurnal tersebut terdapat teori-teori Le Corbusier yang mencakup Teori Arsitektur Modern. 1914-1930 Career: The Villas Selama Perang Dunia I, Le Corbusier mengajar di sekolah lamanya La-Chaux-de-Fonds Art School, dan tidak kembali ke Paris sampai perang tersebut berakhir. Selama 4 tahun di Swiss, beliau menelaah banyak teori-teori arsitektur yang menggunakan kaidah teknik arsitektur modern. Salah satu karya beliau pada masa itu adalah “Domino House” (1914-1915). Desain tersebut kemudian menjadi dasar dari sebagian besar karya beliau sampai 10 tahun setelahnya, di mana kemudian beliau memulai mendesain karya-karyanya bersama keponakannya, Pierre Jeanneret (1896-1967) sampai tahun 1940. Pada tahun 1918, Le Corbusier bertemu dengan Amédée Ozenfant, seorang pelukis Cubist. Ozenfant mendukungnya untuk melukis, di mana kemudian periode hubungan kerjasama mereka pun dimulai. Dengan menganggap Cubism sebagai sesautu yang irrasional namun “romantis”, mereka kemudian mempublikasikan manifesto mereka, Après le Cubisme dan menetapkan teori pergerakan arsitektur modern yang baru, Purism. Purism Purism adalah suatu bentuk dari Cubism, yang merupakan salah satu pendekatan estetika dalam arsitektur. Le Corbusier dan Ozenfant pertama kali mendeskripsikan prinsip-prinsip dasar teori ini pada tahun 1918. Ekspresi dari Purism adalah ekspresi yang menampilkan kemurnian bangunan yang sepi ornamen, sejalan dengan adagium arsitektur modern yang menilai bahwa: "Ornament is a crime", teori ini muncul karena adanya keinginan untuk melepaskan diri dari penggunaan ornamen dengan berprinsip bahwa tanpa ornamen bangunan bisa tampak lebih indah. Hal ini juga di anut oleh beberapa tokoh lain, yaitu: Arsitek dan Pelukis asal Ceko, Bedřich Feuerstein, Eesti Kunstnike Rühm (Group of Estonian Artists) di Tallinn, Arnold Akberg, Mart Laarman, Henrik Olvi, and Juhan Raudsepp. Jurnal mereka, "Uue Kunsti Raamat", atau "Book of New Art", pada tahun 1928, sangat dipengaruhi oleh L'Esprit Nouveau. Selain itu, salah satu arsitek trekenal penganut Purism adalah Richard Meier.

Corbusier dikenal sebagai salah satu orang pertama yang menyadari pengaruh mobil terhadap bentuk dan rancangan pemukiman manusia. Ia tidak menyukai segala bentuk hiasan atau ornamentasi pada bangunan, dan pernah mengatakan bahwa "semua bangunan seharusnya berwarna putih”.


Elemen Estetika

Estetika terdiri dari 6 (enam) azas, yaitu:

  1. Azas Kesatuan utuh/ Keanekaan.

Bahwa setiap karya yang indah mengandung hanya unsur-unsur yang perlu dan saling mempunyai hubungan timbal-balik.


  1. Azas Tema

Bahwa terdapat suatu atau beberapa peran utama baik itu berupa bentuk, warna, pola, irama, atau makna sebagai titik pusat nilai dan pemahaman/ pengamatan orang terhadap karya itu.


  1. Azas Variasi Menurut Tema

Bahwa tema harus disempurnakan dan diungkapkan dalam berbagai variasi agar tidak membosankan/ monoton.


  1. Azas Keseimbangan

Bahwa keseimbangan itu tidak dapat dicapai dari kesamaan unsure-unsur yang berlawanan, saling memerlukan untuk menciptakan suatu kebulatan.


  1. Azas Perkembangan/ Evolution

Bahwa makna yang menyeluruh dicapai dengan kesatuan dari proses bagian awal yang menentukan bagian-bagian proses selanjutnya.


  1. Azas Tata Jenjang

Bahwa perlu ada satu unsure yang memimpin, yang diatas dari unsure-unsur yang lain , dan sama-sama mendukung tema.



Elemen Desain Arsitektur

Desain arsitektur terdiri atas 7 (tujuh) elemen, yaitu:

  1. Garis

Selain sebagai suatu elemen yang tertua daripada desain, garis juga merupakan elemen yang sederhana, tetapi sulit untuk dianalisa. Elemen garis dihasilkan dari berjuta-juta titik yang saling berhubungan satu sama lain. Garis digunakan untuk menghasilkan arah gerak suatu objek serta memberikan kesan pada suatu objek.

Garis dibagi dalam beberapa pokok, yaitu:

    • Garis lurus, menyatakan perasaan yang kokoh, kuat dan lebih keras.

      1. Garis Lurus Vertikal : Memberikan kesan tinggi, kokoh dan tegak lurus.

      2. Garis Lurus Horisontal : Memberikan kesan pendek dan mendatar.

      3. Garis Lurus Diagonal : Memberikan kesan aktif.

  1. Arah

Arah memberikan pengertian kepada pengamat tentang makna dari garis. Arah dapat membentuk ruang-ruang.

  1. Bentuk dan Ruang

Bentuk adalah akibat dari arah. Bentuk identik dengan isi/ rongga. Beberapa garis bersama-sama membentuk bidang, dan bidang digabungkan menjadi satu dan menghasilkan bentuk tertentu.

Defenisi bentuk ditentukan oleh tiga dimensinya, yaitu: panjang, lebar dan tinggi.

  1. Bentuk 2 dimensi : dibuat dalam bidang datar.

  2. Bentuk 3 Dimensi : dibatasi oleh bidang-bidang yang membentuk ruang/ isi.

Bentuk tidak akan ada tanpa isi dan sebaliknya isi tidak akan ada tanpa ruang/ bentuk. Setiap bentuk-bentuk mempunyai karakter.

  • Bentuk Segi empat/ kubus : Bentuk stabil tapi monoton, sifatnya formal.

  • Bentuk Segitiga : bentuknya aktif menunjukkan arah karakter enerjik.

  • Bentuk Bola : kelihatan labil/ selalu bergerak dan lembut.


Dasar bentuk ada dua : Statis dan Dinamis

Bentuk dikenal dari:

  • Pelebaran dan prporsinya,

  • Batas-batasnya,

  • Bahan, warna, permukaan,

  • Kesatuan dengan bentuk lain, dan

  • Arahnya.


Pengertian Ruang

  • Bentuk 2 dimensi atau 3 dimensi yang sudah dibentuk/ disusun.

  • Penghubung atau pengikat atau penerus yang membentuk suatu kesan batas.

  1. Ukuran

Garis, bentuk atau ruang bisa saja berbeda dalam ukuran. Ukuran dan memberi kesan yang baik untuk pengamat. Ukuran yang besar dan kecil merupakan ukuran yang nisbi. Ukuran erat kaitannya dengan modul dan proporsi. Ukuran yang baik adalah perbandingan 3 : 5.

  1. Tekstur/ Barik

Tekstur adalah merupakan kualitas permukaan, licin/ halus atau kasar. Tekstur adalah titik-titik halus atau kasar yang tidak teratur pada permukaan. Corak adalah titik-titik halus atau kasar yang teratur pada permukaan tekstur. Tekstur dapat memberi dampak psikologis terhadap perancangan.

Tekstur dibagi dua, yaitu:

    • Tekstur Halus : dibedakan oleh elemen-elemen halus dan warna.

    • Tekstur Kasar : permukaannya terdiri dari elemen-elemen yang berbeda baik corak maupun warnanya.

Tekstur dalam suatu ruang erat kaitannya dengan jarak pandang. Dalam desain dijumpai:

    • Tekstur Alam : mamakai kayu, artifical, dan lin-lain

    • Tekstur Buatan : buatan manusia atau buatan pabrik

Fungsi tekstur dalam desain memberikan persepsi pada manusia.

  1. Elemen Nada

Sebuah karya baik karya perancang maupun seniman memikirkan cahaya. Nada membentuk suatu efek terang/ gelap. Nada yang dimaksud yaitu bayangan.

  1. Elemen Warna

  • Issac Newton, menemukan teori mengnai cara pembiasan warna melalui prisma.

Seberkas cahaya mataharimelalui prisma akan terurai menjadi spektrum cahaya yang menghasilkan panjang gelombang masing-masing yang akan sampai ke mata.

7 warna pelangi:

        1. Merah

        2. Jingga

        3. Kuning

        4. Biru

        5. Nila

        6. Ungu

        7. Hijau

  • Le Blond, meneliti bahwa penelitian Issac Newton mengeani warna pelangi dapat disederhanakan menjadi 3 warna saja, yaitu: Merah, kuning, Biru yang dikenal sebagai warna dasar.

  • Brewster, seorang sarjana kebangsaan inggris yang meneliti warna atas dasar fisik dan pigmen warna.

          • Fisik : keadaan warna sendiri, seperti merah, kuning, biru.

          • Pigmen : melalui prisma

  • Albert Munsell, meneliti tidak hanya keadaan warna tapi juga efek warna (Fisis dan Psychio). Menyelidiki 3 warna dasar (merah, kuning, biru).

Juga menggolongkan warna dasar:

          • Hue : kualitas warna atau intensitas panjang gelombang

          • Value : gejala warna dari warna yang menyebabkan pancaran warna dalam perbandingan hitam dan putih.

          • Chroma : penyimpangan terhadap warna putih dan kejenuhan warna.

  • Prang, menyatakan bahwa secara psikologis warna dibagi 3:

          • Hue : berkaitan dengan tempramen panas - dinginnya warna.

          • Value : berkaitan dengan gelap – terangnya warna.

          • Intensity : kekuatan pencahayaan warna.

Prang menggolongkan warna dalam beberapa kelas:

    1. Primary (utama) : warna dasar atau warna utama.

    2. Binary (sekunder) : pencampuran dua warna dasar.

    3. Intermediary : pencampuran warna antar Primari dengan Binary.

    4. Tertiary : pencampuran warna dari dua binary.

    5. Quarternary : pencampuran warna dari dua tertiary.



Dasar desain


  1. Dasar desain

Dasar desain merupakan pemberian bentuk dan perencanaan. Dalam desain (dasar desain) hal-hal yang harus diperhatikan antara lain :

  1. Keamanan dan kesesuaian fungsi.

  2. Pemeliharaan yang mudah.

  3. Biaya rendah.

  4. Harus memenuhi market (pasar).

  5. Estetika


  1. Prinsip desain

Prinsip desain terdiri dari :

  1. Pengulangan (replication)

Pengulangan dapat terwujud dalam : bentuk, ukuran, warna, tekstur, arah, kedudukan dan ruang.

  • Bila berulang sama monoton

  • Bila berulang tak sama berirama

  1. Keserasian (harmony)

Kombinasi dari unit-unit serupa dalam satu atau beberapa hubungan, keserasian dilihat dari : bentuk, warna dan ukuran.

  1. Peralihan (gradation)

Dalam desain peralihan terjadi secar berkesinambungan (gradasi).

  1. Pemancaran (radiation)

Merupakan suatu perulangan yang khusus. Perulangan yang mengitari/ mengelilingi suatu pusat.

  1. Kontras (contras)

Kontras dapat memberikan kesan pada pengamat, selain itu kontras juga dapat menjadi suatu aksen (penekanan).

  1. Kesatuan (unity)

Kesatuan dapat dicapai melalui bentuk, bahan/ material.

Dalam desain ada bermacam-macam : tertib, semi tertib, kurang tertib.

Kesatuan terdiri dari :

  • Kesatuan bentuk : misalnya rumah perumahan.

  • Kesatuan material : penggunaan atap genteng secara keseluruhan pada suatu pemukiman.

  1. Proporsi (proportion)

Adalah segala bentuk dan ukuran sehingga enak untuk dilihat. Proporsi adalah ukuran-ukuran yang diperbandingkan. Proporsi erat kaitannya dengan skala, sebab memberikan mutu dan kesan yang baik bagi suatu bangunan.

  1. Langgam (style)

Adalah bentuk/ teknik yang khas untuk suatu karya. Langgam adalah segolongan karya (seni dan perencanaan) dalam suatu kurun waktu/ wilayah.

Langgam (gaya) dibagi 2, yaitu :

  • Menurut zaman dan negara

  • Menurut bentuk kehidupan manusia/ karya langgam juga ditunjukkan pada material yang digunakan.


Aqidah Akhlak Sebagai Ilmu Pengetahuan

Islam dapat dipandang sebagai :

  1. Agama yang diyakini kebenaranya dari Allah SWT, dipelajari, difahami untuk diketahui dan diamalkan oleh umat islam untuk kepentingan kehidupan di dunia dan diakhirat kelak.

  2. Ilmu pengetahuan yang dipelajari oleh siapa saja sebagai realitas untuk diketahui, difahami dan digunakan untuk kepentingan kehidupan didunia.

  3. Budaya yang dipelajari oleh siapa saja sebagai simbol agar diketahui, difahami serta digunakan oleh umat islam sebagai pendukung budaya tersebut, dengan tidak menutup penggunaannya oleh komunitas non-muslim.

Aqidah akhlak sebagai ilmu pengetahuan harus memenuhi tiga syarat yaitu:

  1. Mempunyai objek material, yaitu apa yang dipelajari.

  2. Mempunyai objek fungsional, yaitu apa yang menjadi tujuan.

  3. Mempunya metode atau cara untuk mengembangkan ilmu itu.

Ketiga syarat tersebut dapat dipenuhi oleh aqidah akhlak oleh karena:

  1. Objek material aqidah akhlak adalah aspek agama yang bertalian dengan aqidah (hal-hal yang harus diyakini dan diimani serta akhlak yaitu nilai-nilai yang bertalian dengan sikap dan perilaku terpuji).

  2. Objek fungsional adalah untuk mengetahui dan memahami segala hal yang bertalian dengan aqidah akhlak yang menjadi dasar untuk memahami gejala-gejala dan realitas keagamaan yang ada dalam suatu masyarakat.

  3. Metode yang digunakan termasuk metode analisis isi dan tafsir terhadap ayat-ayat Al-Qur’an dan Hadits Nabi Muhammad SAW sebagi sumber utama ilmu itu.